Informasi dari internet yang beredar di kalangan masyarakat akhir-akhir ini mengenai matahari akan terlihat atau menyinari selama 36 jam pada 17 Oktober 2008 di wilayah Indonesia merupakan kabar bohong. Matahari akan tetap bersinar selama rata-rata 12 jam di Indonesia.
Demikian dikemukakan peneliti utama bidang astronomi astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaludin, serta Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Mezak Arnold Ratag secara terpisah, Rabu (15/10) di Jakarta.
”Sistem rotasi Bumi sering disebut memiliki gerak gasing dengan kemiringan sumbu sebesar 23,5 derajat, tetapi tetap tidak memungkinkan wilayah ekuator mendapatkan sinar matahari sampai 36 jam dalam 2.400 tahun sekali seperti dinyatakan dalam kabar bohong itu,” kata Thomas Djamaludin.
Mezak menuturkan, penyinaran matahari di wilayah ekuator, termasuk Indonesia, yang memiliki batas koordinat 11 derajat Lintang Selatan (LS) sampai 6 derajat Lintang Utara (LU) rata- rata melihat sinar matahari hanya selama 12 jam plus atau minus 45 menit. Kemungkinan matahari dapat terlihat selama 36 jam sangat tidak mungkin.
Thomas menjelaskan, kabar bohong mengenai astronomi tidak hanya terjadi sekali ini. Ia mencontohkan, pada 27 Agustus 2004 juga pernah beredar informasi berupa purnama ganda. ”Ketika itu yang dimaksudkan purnama pada Bulan dan planet Mars secara bersamaan. Namun, tetap saja tidak dapat dikatakan purnama ganda karena keduanya terlihat dari Bumi tampak sama sekali berbeda ukurannya,” kata Thomas.
0 komentar:
Posting Komentar